KINERJA MANAJERIAL
Pengertian kinerja manajerial adalah
hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban, pembinaan,
dan pengawasan. Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen
self rating yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Alfar (2006), di mana
setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan
dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi
pengukuran kinerja seorang kepala dinas, kepala bagian dan kepala bidang secara
keseluruhan.
Kinerja
manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen, Kinerja manajerial ini diukur dengan mempergunakan indikator
(Mahoney et.al, 1963):
- Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
- Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja.
- Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.
- Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
- Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.
- Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.
- Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
- Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
Selanjutnya kinerja manajerial menurut Stoner (1992) adalah
seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Ada dua alasan menurut Brownel (1982) dalam Wasisto dan Sholihin
(2004) mengapa partisipasi menjadi topik
yang menarik dalam akuntansi manajemen. Pertama, partisipasi pada umumnya
merupakan pendekatan manajerial yang dinilai dapat meningkatkan kinerja anggota
organisasi, kedua, beberapa penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi
dengan kinerja menunjukan hasil yang tidak konsisten.
Argyris (1952) dalam Fitri (2004)
menemukan adanya hubungan yang positif antara partisipasi penganggaran dan
kinerja. Ia menyimpulkan, agar partisipasi anggaran mempunyai pengaruh terhadap
kinerja, maka yang pertama kali harus ada penerimaan atas tujuan anggaran.
Dalam hal ini, partisipasi anggaran memainkan peranan sentral dalam mendapatkan
penerimaan atas tujuan anggaran.
Menurut Mercant (1981), hubungan
negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi
akibat tingkat partisipasi yang tinggi berdampak terhadap menurunnya kinerja.
Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budgetary slack yang timbul akibat
partisipasi yang tinggi dalam penganggaran tersebut. Budgetary slack yang
merupakan disfungsional dalam penganggaran ini adalah usaha yang dilakukan
untuk menyelenggarakan anggaran dengan harapan dapat mencapai kinerja yang
lebih baik. Manajer membuat slack ini dengan mengestimasikan pendapatan lebih
rendah, biaya lebih tinggi atau mengestimasikan terlalu tinggi jumlah out put
yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit out put (Ikhsan dan Ishak, 2005).
Sedangkan
Menurut Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yeng dialihbahasakan oleh T.
Hermaya dan Harry Slamet (2004 :8) agar fungsi-fungsi manajemen berjalan sesuai
harapan ada empat faktor yang perlu dievaluasi yaitu :
1. “ Kemampuan
perencanaan
2.
Kemampuan pengorganisasian
3. Kemampuan
kepemimpinan
4. kemampuan
pengendalian”.
Dari keempat faktor manajemen diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kemampuan Perencanaan
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses
menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan,
bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa yang harus melapor ke
siapa, dan dimana keputusan harus dibuat.
2. Kemampuan pengorganisasian
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses
memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja,
memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai
cara masalah perilaku karyawan.
3. Kemampuan kepemimpinan
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup
proses pemantauan kinerja aktual, membandingkan actual dengan standar, dan
membuat koreksinya, jika perlu.
4.
Kemampuan pengendalian
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses
mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran
dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
sejumlah kegiatan.
·
Tingkatan Manajerial
Secara umum manajer berarti setiap orang yang
mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya.
Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut T. Hani
Handoko (2003:17) akan membagi
manajer menjadi tiga golongan yang berbeda, yaitu :
1. Manajer lini
pertama
2. Manajer
menengah
3. Manajer
puncak”.
Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut
Handoko tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Manajer lini pertama
Tingkatan paling
rendah dalam suatu organisasi
yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajer lini
sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foreman) dan
penyedia (supervisor).
2. Manajer menengah
Manajer menengah membawahi dan mengarahkan
kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan karyawan operasional. Sebutan lain
bagi manajer menengah adalah manajer departemen kepala pengawas dan
sebagainya.
3. Manajer puncak
Klasifikasi manajer ini terdiri dari sekelompok
kecil eksekutif. Manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen
organisasi. Yang termasuk dalam manajer puncak adalah direktur, presiden,
kepala divisi, wakil presiden, senior dan sebagainya.
·
Peran Manajerial
Menurut Henry Mintzbreg yang dikutip oleh Ismail
Solihin (2009:5) terdapat 3 kategori dasar peran manajerial yaitu :
1. Peran
interpersonal (interpersonal roles )
2. Peran
pembawa informasi (informational roles)
3. Peran
pengambil keputusan (decisional roles)”.
·
Tugas Manajerial
Menurut T. Hani Handoko (2003:29) tugas penting
yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai berikut :
“1. Manajer bekerja dengan orang lain
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan
tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas
3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan
4. Manajer harus berfikir secara analitis dan
konseptual
5. Manajer adalah suatu mediator
6. Manajer adalah seorang politisi
7. Manajer adalah seorang diplomat
8. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang
sulit”.
SUMBER :
http://monasetiatyn.blogspot.co.id/2015/04/blog-post.html
SUPAWI PAWENANG,MODUL EKONOMI
MANAJERIAL,UNIBA;2016
Komentar
Posting Komentar