Langsung ke konten utama

UJI ASUMSI KLASIK



BAB V
UJI ASUMSI KLASIK

1.       Rangkuman BAB V
dalam kedua regresi linier perlu memenuhi asumsi-asumsi seperti yang telah di uraikan dalam kedua bahasan tersebut. Munculnya kewajiban untuk memenuhi asumsi tersebut mengandung arti bahwa formula atau rumus regresi diturunkan dari suatu asumsi tertentu. Jika hasil regresi telah memenuhi asumsi-asumsi regresi maka nilai estimasi yang diperoleh akan bersifat BLUE, yang merupakan singkatan dari: Best, Linear, Unbiased, Estimator.
, Gujarati (1995) merinci 10 asumsi yang menjadi syarat penerapan OLS,18 yaitu:
Asumsi 1: Linear regression Model. Model regresi merupakan hubungan linear dalam parameter.  Y = a + bX +e
Asumsi 2: Nilai X adalah tetap dalam sampling yang diulang-ulang (X fixed in repeated sampling).
Asumsi 3:   Variabel pengganggu e memiliki rata-rata nol (zero mean of disturbance)
Asumsi 4: Homoskedastisitas, atau variabel pengganggu e memiliki variance yang sama sepanjang observasi dari berbagai nilai X.
Asumsi 5: Tidak ada otokorelasi antara variabel e pada setiap nilai xi dan ji (No autocorrelation between the disturbance).
Asumsi 6: Variabel X dan disturbance e tidak berkorelasi.
Asumsi 7: Jumlah observasi atau besar sampel (n) harus lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi.


Asumsi 8: Variabel X harus memiliki variabilitas.
Asumsi 9: Model regresi secara benar telah terspesifikasi.
Asumsi 10. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas.
A. Uji Autokorelasi
A.1. Pengertian autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Sifat autokorelasi muncul bila terdapat korelasi antara data yang diteliti, baik itu data jenis runtut waktu (time series) ataupun data kerat silang (cross section) Asumsi terbebasnya autokorelasi ditunjukkan oleh nilai e yang mempunyai rata-rata nol, dan variannya konstan.
autokorelasi akan muncul apabila ada ketergantungan atau adanya kesalahan pengganggu yang secara otomatis mempengaruhi data berikutnya. Jika terdapat ketergantungan, dalam bahasa matematisnya dituliskan sebagai berikut:
E(ui, uj) 0;           i j
Sebaliknya, jika tidak terdapat ketergantungan atau tidak adanya kesalahan pengganggu yang secara otomatis mempengaruhi data berikutnya maka masalah autokorelasi tidak akan muncul. Hal seperti itu dalam bahasa matematisnya dituliskan sebagai berikut:
E(ui, uj) = 0;              i j
A.2. Sebab-sebab Autokorelasi
·         Kesalahan dalam pembentukan model
·         Tidak memasukkan variabel yang penting
·         Manipulasi data
·         Menggunakan data yang tidak empiris
A.3. Akibat Autokorelasi
Meskipun ada autokorelasi, nilai parameter estimator (b1, b2,…,bn) model regresi tetap linear dan tidak bias dalam memprediksi B (parameter sebenarnya). Akan tetapi nilai variance tidak minimum dan standard error (Sb1, Sb 2) akan bias. Akibatnya adalah nilai t hitung akan menjadi bias pula, karena nilai t diperoleh dari hasil bagi Sb terhadap b (t = b/sb). Berhubung nilai Sb bias maka nilai t juga akan bias atau bersifat tidak pasti (misleading).

A.4. Pengujian Autokorelasi
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, antara lain melalui:
1.      Uji Durbin-Watson (DW Test).
Formula yang digunakan untuk mendeteksi terkenal pula dengan sebutan Durbin-Watson d statistic
2.      Menggunakan metode LaGrange Multiplier (LM).
LM sendiri merupakan teknik regresi yang memasukkan variabel lag. Sehingga terdapat variabel tambahan yang dimasukkan dalam model. Variabel tambahan tersebut adalah data Lag dari variabel dependen.

B. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk menguji apakah variabel penganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidak.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk melakukan uji normalitas, antara lain:
1)      Menggunakan metode numerik yang membandingkan nilai statistik, yaitu antara nilai median dengan nilai mean.
2)      Menggunakan formula Jarque Bera (JB test), yang rumusnya tertera sebagai berikut:
3)       Mengamati sebaran data, dengan melakukan hitungan-hitungan berapa prosentase data observasi dan berada di area mana.
C. Uji Heteroskedastisitas
C.1. Pengertian Heteroskedastisitas
            adalah residual harus homoskedastis, artinya, variance residual harus memiliki variabel yang konstan, atau dengan kata lain, rentangan e kurang lebih sama. Karena jika variancenya tidak sama, model akan menghadapi masalah heteroskedastisitas.
C.2. Konsekuensi Heteroskedastisitas
                      Analisis regresi menganggap kesalahan (error) bersifat homoskedastis, yaitu asumsi bahwa residu atau deviasi dari garis yang paling tepat muncul serta random sesuai dengan besarnya variabel-variabel independen (Arsyad, 1994:198).

C.3. Pendeteksian Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti uji grafik, uji Park, Uji Glejser, uji Spearman’s Rank Correlation, dan uji Whyte menggunakan Lagrange Multiplier (Setiaji, 2004: 18) Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji grafik, dapat dilakukan dengan membandingkan sebaran antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Arch, dilakukan dengan cara melakukan regresi atas residual .

D. Uji Multikolinieritas

D.1. Pengertian Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi linear yang ”perfect” atau eksak di antara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model Tingkat kekuatan hubungan antar variabel penjelas dapat ditrikotomikan lemah, tidak berkolinear, dan sempurna.
D.2. Konsekuensi Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas merupakan tahapan penting yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, karena apabila belum terbebas dari masalah multikolinearitas akan menyebabkan nilai koefisien regresi (b) masing-masing variabel bebas dan nilai standar error-nya (Sb) cenderung bias, dalam arti tidak dapat ditentukan kepastian nilainya, sehingga akan berpengaruh pula terhadap nilai t (Setiaji, 2004: 26).

D.3. Pendeteksian Multikolinearitas
Terdapat beragam cara untuk menguji multikolinearitas, di antaranya: menganalisis matrix korelasi dengan Pearson Correlation atau dengan Spearman’s Rho Correlation, melakukan regresi partial dengan teknik auxilary regression, atau dapat pula dilakukan dengan mengamati nilai variance inflation factor (VIF). Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dengan menghitung nilai korelasi antar variabel dengan menggunakan Spearman’s Rho Correlation dapat dilakukan apabila data dengan skala ordinal (Kuncoro, 2001: 114). Sementara untuk data interval atau nominal dapat dilakukan dengan Pearson Correlation. Selain itu metode ini lebih mudah dan lebih sederhana tetapi tetap memenuhi syarat untuk dilakukan.

2.maksud dari rangkuman.
Uji asumsi klasik digunakan untuk memenuhi asumsi formula atau rumus regresiyang diturunkan dari suatu asumsi tertentu. Regresi yang memenuhi asumsi-asumsi regresi akan bersifat BLUE yaitu singkatan dari Blue, Linear, Unbiased, dan Estimator. Untuk menghasilkan hasil regresi yang BLUE (Best, Linear,Unbiased, Estimator) maka perlu adanya pengujian yang diperlukan, yaitu denganuji autokorelasi, uji normalitas, uji heteroskedasitas dan uji multikolinearitas
3.
a)      Asumsi klasik adalah suatu syarat yang harus ada atau dipenuhi dalam regresilinear sederhana atau regresi linear berganda dengan menghasilkan nilai parameteryang memenuhi asumsi tidak ada autokorelasi, tidak ada multikolinearitas, dantidak ada heteroskedasitas sehingga menghasilkan hasil regresi yang BLUE (best,linear, unbiased, estimator). 

b)       Asumsi 1: Linear regression Model. Model regresi merupakan hubungan linear dalam parameter.
 Asumsi 2: Nilai X adalah tetap dalam sampling yang diulang-ulang (X fixed in repeated sampling).
Asumsi 3:   Variabel pengganggu e memiliki rata-rata nol (zero mean of disturbance).
Asumsi 4: Homoskedastisitas, atau variabel pengganggu e memiliki variance yang sama sepanjang observasi dari berbagai nilai X.
Asumsi 5: Tidak ada otokorelasi antara variabel e pada setiap nilai xi dan ji (No autocorrelation between the disturbance).
Asumsi 6: Variabel X dan disturbance e tidak berkorelasi.
Asumsi 7: Jumlah observasi atau besar sampel (n) harus lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi.             

Asumsi 8: Variabel X harus memiliki variabilitas. Jika nilai X selalu sama sepanjang observasi maka tidak bisa dilakukan regresi.
Asumsi 9: Model regresi secara benar telah terspesifikasi.
Asumsi 10. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas.
c) Karena asumsi-asumsi tersebut telah memenuhi asumsi regresi dan nilai yangdiperoleh telah bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator).
d) Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Sifat autokorelasi muncul bila terdapat korelasi antara data yang diteliti, baik itu data jenis runtut waktu(time series) atau data kerat silang (cross section). Masalah autokorelasi lebihsering muncul pada data time series, karena sifatnya lekat dengan kontinyuitas danadanya sifat ketergantungan antar data, sedangkan pada cross section hal itu kecilkemungkinan terjadi.
e) 1. Kesalahan dalam pembentukan model, artinya model yang digunakan untukmenganalisis regresi tidak didukung oleh teori-teori yang relevan dan mendukung.2.Tidak memasukkan variabel yang penting. Variabel penting yang dimaksudadalah variabel yang diperkirakan signifikan mempengaruhi variabel Y.3.Manipulasi data.4. Menggunakan data yang tidak empiris.

SUPAWI PAWENANG,MODUK EKONOMETRIKA,UNIBA:2017
f) Cara menguji autokorelasi yaitu dengan cara :1) Uji Durbin-Watson (DW Test). Dengan langkah-langkahnya menentukanhipotesis. Rumusan hipotesisnya (H0) biasanya menyatakan bahwa dua ujungnyatidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif.2) Menggunakan metode LaGrange Multiplier (LM). LM sendiri merupakanteknik regresi yang memasukkan variabel lag, sehingga terdapat variabeltambahan yang dimasukkan dalam model. Variabel tambahan tersebut adalah dataLag dari variabel dependen.


g)  Nilai parameter estimator (b1, b2,.....¸bn) model regresi tetap linear dan tidak bias dalam memprediksi B (parameter sebenarnya). Nilai variance tidak minimumdan standard error akan bias. Akibatnya adalah nilai t hitung akan menjadi bias,karena nilai t diperoleh dari hasil bagi Sb
 terhadap b (t = b/sb).

h) Heteroskedastisitas adalah residual yang harus homoskedastis, artinya variance  residual harus memiliki variabel yang konstan atau dengan kata lain rentangan e kurang lebih sama. Karena jika variancenya tidak sama, model akan menghadapimasalah heteroskedastisitas.

i) Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yangdiamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasilainnya (Kuncoro, 2001:112). Masalah heteroskedastisitas lebih sering munculdalam data cross section dari pada data time series (Kuncoro, 2001:112; Setiaji,2004:17 ). 

j)  Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji grafik, dapat dilakukan dengan membandingkan sebaran antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya,yang output  pendeteksiannya akan tertera berupa sebaran data pada  scatter plot. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Arch dilakukan dengan caramelakukan regresi atas residual, dengan model yang dapat dituliskan e2= a + bŶ2 + u.

k) Munculnya masalah heteroskedastisitas yang mengakibatkan nilai Sb menjadi bias, akan berdampak pada nilai t dan nilai F yang menjadi tidak dapat ditentukan.Karena nilai t dihasilkan dari hasil bagi antara b dengan Sb.

l)  Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi linear yang “perfect ” atau eskak diantara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model.Tingkat kekuatan hubungan antar variabel penjelas dapat ditrikotomikan lemah,tidak berkolinear, dan sempurna.

m) Multikolinieritas timbul karena nilai koefisien regresi (b) masing-masingvariabel bebas dan standar error nya (Sb) cenderung bias dalam arti tidak dapatditentukan kepastian nilainya

n)  Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dengan menghitung nilaikorelasi antar variabel dengan menggunakan Spearman’s Rho Correlation dapat dilakukan apabila data dengan skala ordinal (Kuncoro, 2001: 114). Sementarauntuk data interval atau nominal dapat dilakukan dengan  Pearson Correlation

o)  Pengujian multikolinearitas merupakan tahapan penting yang harus dilakukandalam suatu penelitian, karena apabila belum terbebas dari masalahmultikolinearitas akan menyebabkan nilai koefisien regresi (b) masing-masingvariabel bebas dan nilai  standar error-nya (Sb) cenderung bias, dalam arti tidakdapat ditentukan kepastian nilainya, sehingga akan berpengaruh pula terhadapnilai t (Setiaji, 2004: 26). 

p) Normalitas adalah untuk menguji aspek variabel pengganggu (e) memilikidistribusi normal atau tidak yang dapat dilakukan sebelum atau setelah tahapananalisis regresi.

q) Normalitas timbul karena mempunyai dua kemungkinan, yaitu apakah variabel pengganggu pada data berdistribusi normal atau tidak normal.

r) Beberapa cara dapat dilakukan untuk melakukan uji normalitas antara lain :
1. Menggunakan metode numerik yang membandingkan nilai statistik, yaituantara nilai median dengan nilai mean. Data dikatakan normal jika perbandingananatara mean dan median menghasilkan nilai yang kurang lebih sama.
2. Menggunakan formula Jarque Bera (JB test).
3. Mengamati sebaran data, dengan melakukan hitungan-hitungan berapa prosentase data observasi dan berada di area mana. Untuk menentukan posisi normaldari sebaran data, langkah awal yag dilakukan adalah menghitung standar deviasi.
s) Konsekuensi normalitas dalam model berdampak pada nilai t dan F karena pengujian terhadap keduanya diturunkan dari asumsi bahwa data Y atau e berdistribusi normal.
t) Apabila data tidak normal, maka diperlukan upaya untuk mengatasi seperti :memotong data yang out liers, memperbesar sampel, atau melakukan transformasidata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah budaya organisasi karang taruna

MAKALAH BUDAYA ORGANISASI KARANG TARUNA NAMA             :    FIRMAN ADJI SETYANTO NIM               :    2014020036 JURUSAN : F. EKONOMI MANAJEMEN   A1 FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA   2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Budaya Organisasi Karang Taruna” dengan lanc a r. Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Muladi Wibowo selaku dosen mata kuliah Pangantar Manajemen , tidak lupa ayah dan ibu yang mendukung kami dengan materi dan doanya, serta semua teman yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh

PASAR TENAGA KERJA

PASAR TENAGA KERJA A.     Pengertian Pasar Tenaga Kerja Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab pendahuluan diatas bahwa Pasar Tenaga Kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku untuk mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja, atau proses terjadinya penempatan dan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan penempatan tenaga kerja. Pelaku-pelaku yang dimaksud di sini adalah pengusaha, pencari kerja dan pihak ketiga yang membantu pengusaha dan pencari kerja untuk dapat saling berhubungan. Pasar tenaga kerja dapat pula diartikan sebagai suatu pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli tenaga kerja. Sebagai penjual tenaga kerja di dalam pasar ini adalah para pencari kerja (Pemilik Tenaga Kerja), sedangkan sebagai pembelinya adalah orang-orang / lembaga yang memerlukan tenaga kerja. Pasar tenaga kerja diselenggarakan dengan maksud untuk mengkoordinasi pertemuan antara para pencari kerja dan orang-orang atau lembaga-lembaga yang membutuhkan tenaga kerja. Dalam rangka

TEORI PRODUKSI

TEORI PRODUKSI   Pengertian Produksi Produksi merupakan salah satu kegiatan  ekonomi  dalam masyarakat atau suatu negara terentu. Dimana kegiatan produksi tergantung pada kebutuhan dan kebiasaan perhitungan produksi dan pendapatan suatu negara. Dalam aspek ekonomi, kegiatan produksi selalu didorong oleh motif ekonomi dan prinsip ekonomi agar keseluruhan kegiatan itu tidak percuma, ada sasarannya, tujuan serta harapannya, sehingga dapat menghasilkan suatu arang dan jasa secara optimal. Secara garis besar, produksi adalah kegiatan yang berkenaan dengan usaha meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa. Secara mudah, arti produksi memanglah pembuatan. Pembuatan sepatu, mebel, minyak goreng, radio dan sebagainya akan lebih mudah dipahami oleh setiap orang bahwa semua itu dapat disebut sebagai produksi sepatu, produksi mebel, produksi minyak goreng, produksi radio dan sebaginya.  Bagi kebanyakan orang produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik atau